Masa Pengasuhan Nabi Muhammad SAW


  

Setelah melahirkan Rasulullah, Aminah menyuruh seseorang untuk memberi kabar kepada seorang budaknya kepada kakek Rasulullah SAW yang sedang beribadah di Ka’bah. Budak tersebut segera melakukannya. Mendengar kabar dari budak, betapa senang dan bahgianya Abdul Mutolib, dia pun bergegas pulang ke rumah untuk melihat kondisi anaknya. Sedangkan budak itu pun lalu pergi ke rumah Abu Jahal, paman Rasulullah, untuk mengabarkan pula kelahiran Rasulullah. Seperti juga ayahnya, Abu Jahal pun senang dan bahagia atas kelahiran keponakannya, lantas ia memerdekakan budak tersebut, sebagai bentuk rasa syukurnya. Sesampainya di rumah, kakek Rasulullah SAW langsung memberinya nama Muhammad. Lalu, beliau menggendong bayi Rasulullah SAW untuk dibawa ke Ka’bah. Dengan membawa bayi Rasuullah SAW, beliau berdoa di dalam Ka’bah kepada Allah SWT.  Setelah berdoa, Kakek Rasulullah pun kembali pulang. Rasulullah SAW kemudian disusui oleh budak Aminah yang bernama Tsuwaibah.
Adapun keadaan alam, mahluk ciptaan Allah SWT yang lainnya, sangat bersuka cita. Hewan-hewan dan tumbuhan-tumbuhan saling berebut untuk mengasuh Rasulullah SAW. Baik hewan yang ada di darat, di laut, di udara, maupun yang melata, yang ada dalam tanah, dan  laut, saling berebut.  Begitu pula dengan tumbuhan-tumbuhan yang ada diatas tanah, di dalam tanah, maupun yang ada di laut, saling ramai ingin mengasuh bayi Rasulullah SAW. Hewan dan tumbuhan ini tahu kemuliaan Rasululah, maka mereka berebut untuk mengasuh mahluk Allah yang paling mulia. Sampai akhirnya, malaikat turun, dan membacakan pengumuman, “Hei, kamu sekalian, dengarkanlah, bahwa bayi Muhammad SAW ini akan diasuh oleh Halimatus Sa’diyah. Seorang perempuan yang mendapatkan kemuliaan karena kesabarannya”.
Nabi Muhammad SAW ditakdirkan menjadi anak yatim, bahkan ketika dia lahir di dunia, karena Allah sendiri yang ingin membentuk kepribadiannya dan memberikan pendidikan langsung kepadanya.  Maka, langkah awal pengasuhan Rasulullah SAW adalah diasuh oleh seorang perempuan desa, yang masih terjaga tata karma dan sopan santunnya. Pada saat itu, Kota Mekkah merupakan sebuah kota besar, bisa diibaratkan seperti kota metropolitan, yang tata karma dan sopan santunnya sudah mulai meluntur, dan pada saat itu masyarakat juga masih Jahiliyah. Allah mulai mendidik dan mengawal setiap gerak dan ucapan Nabi Muhammad SAW sejak bayi. Apabila Nabi Muhammad SAW melakukan suatu kesalahan, maka Allah SWT akan langsung menegur beliau, agar beliau tahu bahwa itu bukanah hal yang benar, dan agar beliau tidak mengulanginya lagi. Allah menciptakan Nabi Muhammad SAW, dengan beliau masih memiliki sifat manusia, yaitu berbuat salah. Namun, bedanya, Rasulullah SAW sangat jarang sekali melakukan kesalahan, dan apabila beliau melakukan kesalahan, langsung ditegur oleh Allah SWT. Inilah bedanya kita, manusia biasa dengan Rasulullah SAW. Sedangkan Allah masih menciptakan Rasulullah SAW dengan adanya sifat dasar manusia, karena memang Allah SWY menciptakan mahluk paling mulia berjenis manusia. Maka dengan pendidikan dan pengawalan langsung dari Allah inilah, akhirnya Rasulullah SAW menjadi insanul kamil, yaitu manusia yang sempurna.  Insanul Kamil ini merupakan hal yang tidak bisa dihilangkan dalam diri Rasulullah SAW.
Pada saat Rasulullah SAW lahir, ada 41 bayi yang beriringan lahir dengan kelahiran Rasulullah SAW. Lalu, 41 bayi itu diletakkan disekitar Ka’bah, karena sudah merupakan tradisi Kaum Quraisy agar anaknya disusukan oleh ibu susuan, dan diasuh di daerah pedesaan, agar anaknya mandiri dan jauh dari pengaruh buruk perkotaan.  Pada saat itu, kain yang membungkus tubuh mungil Rasulullah SAW kainnya lusuh, dan tidak wangi, karena pada saat itu Aminah telah ditinggal oleh suaminya, sehingga tidak ada cukup uang untuk membeli kain yang bagus bagi anaknya. Berita bahwa ada seorang bayi yatim, telah tersebar di seantereo para ibu-ibu desa yang pergi ke Ka’bah untuk menjadi ibu susuan. Mereka pun bergegas untuk segera sampai di Ka’bah, agar dapat mengambil bayi anak orang kaya, sehingga uapah yang akan diterima tentu banyak.
Adapun Halimatus Sa’diyah, adalah seorang perempuan miskin Bani Sa’ad, dia bersama dengan suaminya pergi ke Ka’bah dengan mengendarai seekor onta tua,  kurus, dan sakit, yang berjalan sangat pelan. Sehingga, ketika sampai di Ka’bah, hanya tertinggal satu bayi, yaitu bayi Rasulullah SAW. Pada saat itu, dia ragu, apakah mengambil bayi Rasulullah SAW atau tidak. Mau dibawa dia anak yatim, nanti upahnya sedikit, mau tidak dibawa, dia sudah datang jauh-jauh dari desa, rugi nanti perjalanannya. Akhirnya, Halimah pun memutuskan untuk membawa bayi Rasulullah SAW, karena rasa iba. Semua penduduk desa telah pulang dan membawa bayi masing-masing. “Siapa nanti yang akan membawa bayi ini”, pikirnya. Lalu dia pun mendekat ke arah bayi Rasulullah SAW, dan menggendong di pangkuannya sambil melihat wajah si bayi. Seketika, Rasulullah SAW pun tersenyum dan Halimah langsung terpesona dengan senyuman itu. Hatinya menjadi riang gembira, tak ada perasaan ragu sedikitpun. “Aduhai, tampan sekali bayi ini, beruntung sekali aku bisa mengasuhnya”, ujarnya kemudian. Lalu dia memohon izin kepada Aminah agar diperbolehkan mengasuh bayi Rasulullah SAW. Aminah pun mengizinkannya, setelah mengetahui bahwa Halimah masih meyakini Allah SWT, dan mendengarkan permohonan tulus dari Halimah.
Dengan perasaan suka cita, Halimah pun berjalan ke arah ontanya, dan duduk di belakang suaminya. Langsung seketika itu juga, onta Halimah yang tadinya berjalan sangat pelan, karena kurus, tua, dan sakit, tiba-tiba meringkik seperti kuda yang akan berlari kencang. Lalu, onta itu pun berlari sekencang-kencangnya, sampai larinya mendahului onta penduduk-penduduk desa yang telah pulang lebih dulu.
Halimah dan suaminya tak bisa mengucapkan sepatah katapun selain mengagungkan Allah, Tuhan Yang Maha Esa. Dia dan suaminya masih mengikuti agama yang masih berlaku saat itu, yaitu agama Ibrani. Agama yang dibawa oleh Nabi Ibrahim As untuk menyembah Allah SWT. Begitulah Allah, memilih orang sholeh, seseorang yang beriman kepada Allah untuk menyusui Rasulullah SAW.
Semenjak mengasuh Rasulullah SAW, kehidupan Halimah beserta keluarganya berubah menjadi sangat makmur dan berkecukupan. Kambing dan onta peliharaannya, yang semula sakit dan tidak mengeluarkan susu, tiba-tiba rutin mengeluarkan susu dengan deras. Begitulah, bentuk hewan yang gembira dan hormat, serta menyambut kehadiran Rasulullah. Tiba-tiba reproduksinya meningkat dan menjadikan keberkahan bagi keluarga Halimah. Selama 2 tahun Rasulullah SAW tinggal bersama Halimah, dan 2 anaknya. Selama itu, Rasulullah SAW selalu menyusu dengan punting sebelah kanan. Bila Halimah memberikan putting kirinya, Rasulullah SAW selalu tidak mau, dan juga tidak mengeluarkan susu, sedangkan bila anaknya yang menyusu punting sebelah kiri itu mengeluarkan air susu. Maka, jadilah Rasulullah selalu menyusu dari punting susu sebelah kanan, sedangka anak Halimah selalu menyusu lewat punting sebelah kiri. Rasulullah SAW, meski masih bayi, beliau memilih baginya hal terbaik dari yang baik, yaitu kanan lebih baik dari kiri.
Dalam suatu kitab, dijelaskan perkembangan fisik Rasulullah SAW yang sangat menakjubkan. Hal ini terjadi karena  pertolongan Allah, dan Kekuasaan Allah   terhadap mahluk paling mulia. Dalam sehari beliau tumbuh layaknya anak seusia satu bulan. Beliau sudah mampu berdiri sendiri saat usia tiga bulan. Pada usia lima bulan sudah mampu berjalan. Saat mencapai Sembilan bulan, beliau sudah mampu mengucapkan kata-kata dengan jelas.
Setelah 2 tahun berlalu, Halimah merasa berat hati untuk mengembalikan Rasulullah SAW kepada ibunya. Ia merasa sangat sayang sekali kepada Rasulullah SAW. Lalu ia pun meminta izin kepada Ibu Rasulullah SAW, agar diperbolehkan mengasuhnya lebih lama lagi. Mendengar permohonan yang sangat tulus dari Halimah, Aminah pun mengizinkan permohonannya. Maka, pulanglah Halimah dengan perasaan bahagia.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read Comments

Nama-Nama Rasulullah SAW




Dalam kitab “At-Tahdzib”, dikemukakan bahwa, Allah ‘Azza Wa Jalla memberi nama Nabi Muhammad dalam Al-Qur’an, dengan nama Rasul, Nabi, Ummi (orang yang buta huruf), Syahid (saksi), Pemberi  kabar gembira (Mubasyir), Pemberi Peringatan (Nadzir), Penyeru kepada Allah dengan izin-Nya (Da’i), pelita yang menerangi (Sirajan Muniran), pemurah dan pengasih (Raufun Rahiimun), orang yang mengingatkan (Mudzakkiran), dan Allah menjadikannya sebagai rahmat dan kenikmatan serta petunjuk.

Dari Ibnu ‘Abbas ra., ia berkata, “Rasulullah SAW bersabda, “Namaku didalam Al-Qur’an adalah Muhammad. Di dalam Injil adalah Ahmad. Di dalam Taurat adalah Uhid. Aku dinamakan Uhid karena aku menyelamatkan umatku dari siksa api neraka”.Pada kitab Wasailul Rasul ila Syamail Rasul, bahwa  Ka’ab Al-Ahbar telah berkata, “Nama Rasuullah menurut penghuni surga adalah Abdul Karim. Menurut penghuni neraka Abdul Jabbar, menurut penguin ‘Arsy, Abdul Hamid. Menurut para Malaikat, Abdul MAjid. Menurut para Nabi, Abdul Waha. Menurut setan Abdul Qahhar. Menurut para jin, Abdurrahim menurut gunung-gunung, Abdul Khaliq. Menurut daratan, Abdul Qadir. Menurut lautan,Abdul Muhaimi. Menurut ikan-ikn, Abdul Qudus. Menurut serangga, Abdul Giyas. Menurut binatang liar, Abdurrazaq. Menurut binatang buas, Abdul Mukmin, Menurut burung-burung, Abdul Ghaffar. Dalam Taurat, Mudzu’ Mudzu’. Dalam ZaburFaaruq. Dan menurut Allah sendiri  adalah Thaha dan Yasin. Sedangkan menurut orang-orang mukmin, Muhammad SAW. Adapun sebutan beliau adalah Abul Qasi, karena beliau membagi-bagi surga diantara umatnya.”  

Jalaluddin As-Suyuthi (penutup para hafidz), telah mengarang kitab bernama ”Bahjah fil-Asma An-Nabawiyah”, menghimpun lima ratus Nama Rasulullah SAW.  Sedangkan Imam Al-Juzuli dalam kitabnya Dalailul Khoirot menyebutkan jumlahnya dua ratus satu. Adapun nama Ahmad, Al-Banjuri telah membahasnya dalam “Hasyiah”. Adapun bentuk kalimatnya adalah Isim Tafdhil artinya lebih banyak memuji. Dinamakan demikian, karena beliau adalah yang paling banyak memuji Allah SWT di antara semua yang memujinya. 

Dari semua nama itu yang terbaik dan paling utama adalah Muhammad. Al-Qusthalani berkata, Allah telah menamai Rasulullah dengan Muhammad dua ribu tahun sebelum penciptaannya. Hal ini sebagaimana dalam hadits Anas, r.a.

Ibnu ‘Asakir telah meriwayatkan dari Ka’ab bin Alahbar, bahwa Adam berwasiat kepada anaknya Syits, “Hai anakku, engkau adalah khalifah sesudahku. Pikullah tanggung jawab ini dengan penuh ketakwaan dan berpegang teguhlah pada jalan yang lurus”. Setiap engkau menyebut nama Allah ingatlah disampingnya ada nama Muhammad SAW. Karena aku melihat namanya tertulis pada tiang-tiang penopang Arsy. Kemudian aku mengawasi seisi langit, tidak aku temukan suatu tempat atau benda melainkan namanya tertulis disana. Kemudian Allah menempatkanku di surga, maka tidak aku lihat satu istana atau bangunan pun melainkan disana terdapat namanya. Dan aku melihat nama Muhammad SAW tertulis di bagian atas dada para bidadari, di atas daun-daun pohon surga, di atas daun-daun pohon Thuba, di atas daun-daun Sidratul Muntaha, di atas Hujub (pembatas yang tidak bias dilihat semua mahluk apa yang dibelakangnya), dan diantara kedua mata malaikat. Maka, perbanyaklah menyebut namanya, karena para malaikat menyebut namanya dalam setiap waktu”.

Hasan bin Tsabit ra., menggambarkan keagungan Rasulullah SAW dengan syair berikut :
Ditetapkan tanda kenabian baginya
      dari Allah dari cahaya yang memancar serta disaksikan
namanya digabungkan dengan nama-Nya
jika disebutkan dalam shalat lima kali oleh tukang adzan
ia muliakan namanya dengan pecahan nama-Nya
pemilik ‘Arsy adalah Mahmud (terpuji) dan dia Muhammad (yang terpuji) 

Di dalam “Ash-Shahih” dikatakan bahwa pada hari kiamat diberikan kepada Rasulullah SAW pujian (kemuliaan) yang belum pernah diberikan kepada seorang pun selain dirinya. Diberikan pula baginya panji kemuliaan dan dikhususkan dirinya dengan kemuliaan itu. Dalam arti lain, ia adalah orang yang paling banyak memujidan memuliakan Allah dan paling banyak dipuji dan di muliakan oleh manusia.
Karena dasar itulah ia dinamai Ahmad atau Muhammad. Kedua nama ini memiliki banyak kelebihan dibanding nama-nama lainnya. Maka kita layak memanggil beliau dengan kedua nama ini. Beliau bersabda dalam sebuah hadis Qudsi,
“Aku bersumpah pada diriku, tidak akan dimasukkan ke dalam neraka orang yang memiliki nama Ahmad, tidak pula Muhammad”.

Ad-Dailami meriwayatkan dari Ali ra bahwa Rasulullah SAW bersabda,
Tidakkah di hidangkan suatu makanan, kemudian datang kepada kami orang yang bernama Muhammad atau Ahmad, melainkan Allah mensucikan rumah itu dua kali dalam sehari”. 
Pada buku Sejengkal lebih dekat dengan Sang Pemberi Syafaat karya Habib Muhammad Anies Bin Shahab, beliau mengatakan bahwa, 

Sungguh, Allah SWT telah memuliakan Rasulullah SAW dengan adanya jaminan dari nama beliau. Maka, sangatlah layak bagi seorang muslim untuk memiliki dan memberi nama puteranya dengan  nama-nama Rasulullah SAW, khususnya nama Muhammad dan Ahmad.   

Dalam salah satu sabda beliau, dari Abu Darda’ ra berkata, Nabi Muhammad SAW bersabda :
“Sesungguhnya kalian kelak akan dipanggil di hari kiamat denga nama-nama kalian dn nama-nama ayah kalian, maka perindahlah nama kalian” (HR. Ahmad)

Seseorang yang memberi nama putranya dengan nama Ahmad atau Muhammad, maka akan mendapatkan kemuliaan yang besar. Selain mendapatkan pahala sunnah, InsyaAllah, akan terjaga dari maksiat, dan jika terjerumus dalam satu bentuk kemaksiatan, maka InsyaAllah akan mendapatkan hidayah dari Allah SWT untuk bertaubat, sehingga kelak akan selamat dari siksa api neraka. 

Adapun jika seorang muslim telah memiliki nama selain Ahmad dan Muhammad, dirinya dapat mengganti sendiri, tanpa merubah status kewarganegaraan. Cukup berniat mengganti nama, dan lebih baik dilengkapi dengan bersedekah ke faqir miskin semampunya sebagai rasa syukur. InsyaAllah, hal ini akan bermanfaat di dunia, terlebih di akhirat.

Betapa mulianya Rasulullah SAW, yang dengan namanya saja seseorang mendapatkan anugerah yang sangat besar dan mulia. Inilah rahmat dari Allah SWT yang dicurahkan kepada kekasih-Nya, yaitu Rasulullah SAW, dan kasih sayang itu pun ikut tercurahkan kepada para hamba-hamba-nya yang menjadi umat insan paling mulia ini. Betapa mulianya kita menjadi manusia yang ditakdirkan menjadi umatnya. Sangat disayangkan, bila seseorang tidak mengetahui hal ini, karena meski nama adalah do’a, namun ada satu hal yang tak boleh terlupa, yaitu menamakan anak laki-laki kita dengan nama Ahmad atau Muhammad.  .

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read Comments

Awal Mula Penciptaan Rasulullah SAW



Sungguh sebenarnya kita patut bangga dan berterimakasih kepada Allah SWT karena telah menganugerahkan kita menjadi manusia akhir zaman. Manusia dengan Rasulullah SAW sebagai nabi kita. Rasulullah SAW, adalah alasan Allah menciptakan segala ciptaan-Nya, alam semesta dan seisinya. Telah disebutkan dalam hadis yang tercantum dalam kitab maulid Simtud Durar, yaitu :  
أخرج عبد الرزاق بسنده عن جابر بن عبد الله الأنصاري رضي الله عنهما قال – قلت يا رسول الله بأبي وأمي أخبرني عن أول شيء خلقه الله قبل الأشياء. قال يا جابر إن الله خلق قبل الأشياء نور نبيك محمد صلى الله عليه وسلم من نوره
Artinya :
Bahwa sesungguhnya shahabat Jabir bin Abdullah RA bertanya kepada Junjungan kita Baginda Nabi Besar Muhammad SAW; Wahai Rasulullah, (Ayah ibuku sebagai tebusan Engkau), beritahukanlah kepadaku tentang pertama kali makhluk yang Allah SWT ciptakan sebelum segala sesuatu. Maka Baginda Nabi  Muhammad SAW menjawab; Hai Jabir, sesungguhnya yang Allah SWT ciptakan sebelum segala sesuatu adalah NUR (cahaya) Nabimu  (Nabi Besar Muhammad SAW)”.

Sesungguhnya, Nur Nabi Muhammad SAW diletakkan di tempat yang tinggi dan senantiasa bertasbih kepada Allah SWT dengan diikuti oleh para malaikat dan para arwah di alam malakut, jauh puluhan ribu tahun sebelum Nabi Adam AS diciptakan oleh Allah SWT.  Maka sesungguhnya, kalau bukan demi Nabi Muhammad SAW maka Allah SWT tidak akan menciptakan segala sesuatu. Sebagaimana yang disebutkan dalam hadis qudsiy (hadis dari Allah langsung):

لولاك لولاك لما خلقت الأفلاك
Artinya ;
“Seandainya tidak ada Engkau (wahai Nabi Muhammad SAW, sungguh Aku (Allah SWT) tidak akan menciptakan alam semesta”

Oleh karena itulah, segala anugerah yang telah melimpah kepada makhluk-makhluk Allah SWT, semata-mata adalah dengan berkatnya Nabi Muhammad SAW. Bahkan segala kemuliaan para Malaikat dan Para Nabi adalah semata-mata pula berkat Nabi Muhammad SAW. Sebagaimana yang telah diterangkan pada kitab Hujjatullah ‘Alal ‘Alamin :

قال الشيخ يوسف بن إسماعيل النبهاني في حجة الله على العالمين   ص53 -54 
إنما ظهر الخير لأهله ببركة سيدنا رسول الله صلى الله عليه وسلم وأهل الخير هم الملائكة والأنبياء والأولياء وعامة المؤمنين

Artinya :
“Bahwa sesungguhnya segala kebaikan yang melimpah kepada makhluk-makhluk Allah SWT yang mulia adalah semata-mata berkat Baginda Nabi  Muhammad SAW, mereka itu adalah para Malaikat, para Nabi dan semua orang-orang mukmin”.

Dengan demikian, sesungguhnya manakala Allah SWT telah  menciptakan Nabi Adam as, Allah SWT senantiasa memanggilnya dengan julukan Abu Muhammad, sehingga Nabi Adam as bertanya kepada Allah SWT tentang rahasia panggilan tersebut, sebagaimana hal itu telah diriwayatkan pada kitab As-Sirah An-Nabawiyyah  :

قال الشيخ أحمد بن زيني دحلان الحسني في السيرة النبوية الجزء الأول ص 15
ويروى من طرق شتى أن الله تعالى لما خلق آدم عليه السلام ألهمه الله أن قال : يا رب لم كنيتني أبا محمد ؟ قال الله تعالى : يا آدم إرفع رأسك فرفع رأسه فرأى نور محمد صلى الله عليه وسلم في سرادق العرش فقال : يا رب ما هذاالنور ؟ قال : هذا نور نبي من ذريتك إسمه في السماء أحمد وفي الأرض محمد  لولاه ما خلقتك ولا خلقت سماء ولا أرضا

 Artinya :
“Bahwa sesungguhnya Allah SWT sesudah menciptakan Nabi Adam AS maka Allah SWT memberi ilham kepada Nabi Adam AS untuk bertanya kepada-Nya; Ya Allah, kenapa Engkau juluki aku dengan “Abu Muhammad” (Ayahnya/bapaknya  Muhammad)? Maka Allah SWT Berfirman kepada Nabi Adam AS; Hai Adam, Angkat kepalamu. Maka Nabi Adam AS kemudian mengangkat kepalanya. Seketika itu Beliau melihat Nur (cahaya) Baginda Nabi Muhammad SAW meliputi di sekitar ‘Arasy. Nabi Adam AS bertanya; Ya Allah, Nur siapa ini ? Allah SWT Berfirman; Ini adalah Nur seorang Nabi dari keturunanmu, di langit namanya Ahmad, di bumi namanya Muhammad. Kalau bukan karena Dia niscaya Aku tidak akan menciptakan kamu, langit dan bumi.”

Selanjutnya, Allah SWT meletakkan Nur Nabi Muhammad SAW dalam punggung Nabi Adam as, sebagaimana yang disebutkan dalam Kitab Ad-Durarul Hisan Hamisy Daqo’iqul Akhbar :

قال الامام جلال الدين السيوطي في الدرر الحسان هامش دقائق الأخبار ص 5:
ثم ان الله تعالى استودع نور محمد صلى الله عليه وسلم في ظهره وأسجد له الملائكة وأسكنه الجنة فكانت الملائكة تقف خلف آدم صفوفا صفوفا يسلمون على نور محمد صلى الله عليه وسلم

Artinya :
“Bahwa sesungguhya Allah SWT telah meletakkan Nur Nabi Muhammad SAW dalam punggung Nabi Adam AS. Sehingga para malaikat sujud dan berbaris rapi di belakang Nabi Adam AS untuk menghaturkan salam kepada Nur Nabi Muhammad SAW”.


Sekarang kita telah tahu, bahwa karena Rasulullah SAW lah semua diciptakan, maka hendaknya kita bangga dan bisa menjadi umat yang dibanggakan, bukan menjadi manusia yang membuat sedih beliau. Kita memiliki seorang nabi yang paling mulia derajatnya. Tidak semua orang ditakdirkan beriman kepada beliau. Sungguh sebenarnya kita patut bersyukur, karena tanpa permintaan sebelumnya, tanpa proposal dan tanpa pengajuan, kita telah ditakdirkan oleh Allah menjadi umat Nabi Muhammad SAW. Karena itulah sudah sepatutnya kita menjaga diri dan terus bisa berupaya menyenangkan hati nabi dengan mencontoh beliau semaksimal mungkin sebisa yang kita lakukan.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read Comments