Optimis dengan Rahmat Allah
Optimis,
penuh harapan, pantang menyerah, dan tak kenal putus asa, adalah jiwa seorang
mukmin dalam mengarungi dunia ini, hingga kembali ke haribaan-Nya. Jiwa tersebut akan muncul dari kesadaran dan
keyakinan yang mendalam akan kekuasaan dan pertolongan Allah SWT kepada
hamba-Nya yang mengimaninya dan tekun beribadah kepada-Nya, khususnya manakala
seorang hamba senantiasa membaca Al Quran dan berusaha memahami makna-makna
dari firman-firman-Nya. Ada dua perkara
yang menjadikan ornag selalu optimis: (1) Selalu berharap kepada rahmat Allah,
(2) Tidak pernah berputus asa dari rahmat Allah.
Selalu Berharap Kepada Rahmat Allah
Berharap
kepada rahmat Allah adalah berbaik sangka kepada-Nya. Di antara tanda berbaik
sangka kepada Allah adalah mengharapkan rahmat, jalan keluar, ampunan, dan
pertolongan dari-Nya. Allah Swt. telah memuji orang yang mengharapkan
perkara-perkara tersebut seperti halnya Allah memberikan pujian kepada orang
yang takut kepada Allah. Allah juga telah mewajibkan roja dan berbaik
sangka kepada-Nya, sebagaimana Allah mewajibkan takut kepadanya. Karena itu,
seorang hamba hendaknya senantiasa takut kepada Allah dan mengharapkan rahmat
dari-Nya.
Allah
berfirman:
]إِنَّ
الَّذِينَ ءَامَنُوا وَالَّذِينَ هَاجَرُوا وَجَاهَدُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ
أُولَئِكَ يَرْجُونَ رَحْمَةَ اللهِ وَاللهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ[
Sesungguhnya
orang-orang yang beriman, orang-orang yang berhijrah dan berjihad di jalan
Allah, mereka itu mengharapkan rahmat Allah, dan Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang. (TQS. Al-Baqarah [2]: 218)
]وَادْعُوهُ
خَوْفًا وَطَمَعًا إِنَّ رَحْمَةَ اللهِ قَرِيبٌ مِنَ الْمُحْسِنِينَ[
Dan
berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan
dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang
berbuat baik. (TQS.Al-A’raf [7]: 56)
]أَمْ
مَنْ هُوَ قَانِتٌ ءَانَاءَ اللَّيْلِ سَاجِدًا وَقَائِمًا يَحْذَرُ الآخِرَةَ
وَيَرْجُو رَحْمَةَ رَبِّهِ قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الَّذِينَ يَعْلَمُونَ
وَالَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ إِنَّمَا يَتَذَكَّرُ أُولُو الأَلْبَابِز[
(Apakah kamu hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah
orang yang beribadah di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia
takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah:
"Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak
mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima
pelajaran. (TQS. Al-Zumar [39]: 9)
Dari
Watsilah bin Asqa, ia berkata; berbagialah karena sesungguhnya aku telah
mendengar Rasulullah saw. bersabda, Allah berfirman:
«أَنَّ
اللهَ عَزَّ وَجَلَّ قَالَ أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِي بِي إِنْ ظَنَّ بِي خَيْرًا
فَلَهُ وَإِنْ ظَنَّ شَرًّا فَلَهُ»
Aku
tergantung prasangka hamba-Ku kepada-Ku. Apabila ia berprasangka baik
kepada-Ku, maka kebaikan baginya, dan bila berprasangka buruk maka keburukan
baginya. (HR. Ahmad dengan sanad hasan dan Ibnu Hibban dalam
kitab shahihnya).
Dan
sabda Rasulullah saw.:
«وَإِنْ
ظَنَّ شَرًّا فَلَهُ»
Apabila
ia berprasangka buruk maka keburukan baginya, adalah
indikasi bahwa tuntutan dalam hadits tersebut bersifat pasti. Artinya perintah
untuk senantiasa berharap kepada Allah dan berbaik sangka kepada-Nya pada
ayat-ayat dan hadits-hadits di atas adalah tuntutan yang bersifat wajib.
·
Dari Abu Hurairah ra., dari Nabi
saw; beliau bersabda:
«يَقُولُ
اللهُ عَزَّ وَجَلَّ أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِي بِي وَأَنَا مَعَهُ حِينَ
يَذْكُرُنِي»
Allah
berfirman; Aku tergantung prasangka hamba-Ku kepada-Ku dan Aku akan bersamanya
ketika ia mengingat-Ku. (Mutafaq 'alaih).
Dari
Anas ra. sesungguhnya Nabi saw. masuk untuk menemui seorang pemuda yang sedang
sakaratul maut, maka Rasulullah saw. bersabda:
«كَيْفَ
تَجِدُكَ قَالَ أَرْجُو اللهَ يَا رَسُولَ اللهِ وَأَخَافُ ذُنُوبِي فَقَالَ
رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لاَ يَجْتَمِعَانِ فِي قَلْبِ
عَبْدٍ فِي مِثْلِ هَذَا الْمَوْطِنِ إِلاَّ أَعْطَاهُ اللهُ مَا يَرْجُو
وَآمَنَهُ مِمَّا يَخَافُ»
Bagaimana
keadaanmu? Pemuda itu berkata, “Ya Rasulullah saw.! aku mengharapkan rahmat
Allah dan aku sangat takut akan dosa-dosaku.” Kemudian Rasulullah saw.
bersabda, “Tidaklah takut dan roja berkumpul dalam hati seorang hamba dalam
keadaan seperti ini kecuali Allah akan memberikan kepadanya apa-apa yang
diharapkannya, dan akan memberikan keamanan kepadanya dari perkara yang
ditakutinya.” (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah,
Al-Mundziri berkata hadits ini sananya hasan)
Dari
Anas ra. ia berkata, aku mendengar Rasulullah saw. bersabda:
«يَقُولُ
قَالَ اللهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى يَا ابْنَ آدَمَ إِنَّكَ مَا دَعَوْتَنِي
وَرَجَوْتَنِي غَفَرْتُ لَكَ عَلَى مَا كَانَ فِيكَ وَلاَ أُبَالِي يَا ابْنَ
آدَمَ لَوْ بَلَغَتْ ذُنُوبُكَ عَنَانَ السَّمَاءِ ثُمَّ اسْتَغْفَرْتَنِي
غَفَرْتُ لَكَ وَلاَ أُبَالِي يَا ابْنَ آدَمَ إِنَّكَ لَوْ أَتَيْتَنِي بِقُرَابِ
اْلأَرْضِ خَطَايَا ثُمَّ لَقِيتَنِي لاَ تُشْرِكُ بِي شَيْئًا َلأَتَيْتُكَ
بِقُرَابِهَا مَغْفِرَةً»
Allah
berfirman, “Wahai anak Adam!, sesunggunya engkau selama berdoa dan beharap
kepada-Ku, maka Aku pasti akan memberikan ampunan kepadamu atas segala
dosa-dosamu dan Aku tidak akan memperdulikan (besar dan kecilnya dosa). Wahai
anak Adam!, andaikata dosa-dosamu sampai ke langit kemudian engkau memohon
ampunan kepada-Ku, maka pasti Aku akan memberikan ampunan kepadamu. Wahai Anak
Adam!, jika engkau datang kepada-Ku dengan membawa kesalahan sepenuh bumi,
kemudian engkau bertemu dengan-Ku, tapi engkau tidak menyekutukan-Ku sedikit
pun, maka pasti Aku akan datang kepadamu dengan membawa ampunan sepenuh bumi.” (HR.
Tirmidzi. Ia berkata hadits ini hasan)
Tidak
Berputus Asa dari Rahmat Allah
Putus asa (al-qanut dan al-ya’su)
adalah lawan dari berharap (roja). Putus asa dari rahmat Allah dan
karunia-Nya hukumnya haram. Allah SWt
berfirman:
]يَابَنِيَّ
اذْهَبُوا فَتَحَسَّسُوا مِنْ يُوسُفَ وَأَخِيهِ وَلاَ تَيْئَسُوا مِنْ رَوْحِ
اللَّهِ إِنَّهُ لاَ يَيْئَسُ مِنْ رَوْحِ اللَّهِ إِلاَّ الْقَوْمُ الْكَافِرُونَ[
Hai
anak-anakku, pergilah kamu, maka carilah berita tentang Yusuf dan saudaranya
dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa
dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir. (TQS.
Yusuf [12]: 87)
]قَالُوا
بَشَّرْنَاكَ بِالْحَقِّ فَلَا تَكُنْ مِنَ الْقَانِطِينَ$قَالَ
وَمَنْ يَقْنَطُ مِنْ رَحْمَةِ رَبِّهِ إِلاَّ الضَّالُّونَ[
Mereka
menjawab: "Kami menyampaikan kabar gembira kepadamu dengan benar, maka
janganlah kamu termasuk orang-orang yang berputus asa". Ibrahim berkata:
"Tidak ada orang yang berputus asa dari rahmat Tuhannya, kecuali
orang-orang yang sesat". (TQS. Al-Hijr [15]: 55-56)
]وَالَّذِينَ
كَفَرُوا بِآيَاتِ اللَّهِ وَلِقَائِهِ أُولَئِكَ يَئِسُوا مِنْ رَحْمَتِي
وَأُولَئِكَ لَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ[
Dan
orang-orang yang kafir kepada ayat-ayat Allah dan pertemuan dengan Dia, mereka
putus asa dari rahmat-Ku, dan mereka itu mendapat azab yang pedih. (TQS.
Al-Ankabut [29]: 23)
]قُلْ
يَاعِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَى أَنْفُسِهِمْ لاَ تَقْنَطُوا مِنْ
رَحْمَةِ اللهِ إِنَّ اللهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ
الرَّحِيمُ[
Katakanlah:
"Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri,
janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni
dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang. (TQS. Al-Zumar [39]: 53)
Diriwayatkan
hadits dari Abu Hurairah ra., ia berkata; sesungguhnya Rasulullah bersabda:
«لَوْ
يَعْلَمُ الْمُؤْمِنُ مَا عِنْدَ اللهِ مِنْ الْعُقُوبَةِ مَا طَمِعَ بِجَنَّتِهِ
أَحَدٌ وَلَوْ يَعْلَمُ الْكَافِرُ مَا عِنْدَ اللهِ مِنْ الرَّحْمَةِ مَا قَنَطَ
مِنْ جَنَّتِهِ أَحَدٌ»
Andaikata
seorang mukmin mengetahui siksaan yang ada di sisi Allah, maka seorang pun
tidak akan ada yang tidak mengharapkan surga-Nya. Dan andaikata orang kafir
mengetahui rahmat yang ada di sisi Allah, maka seorang pun tidak akan ada yang
putus harapan dari surga-Nya. (Mutafaq 'alaih)
Dari
Fadhalah bin Abid, dari Rasulullah saw. ia bersabda:
«وَثَلاَثَةٌ
لاَ تَسْأَلْ عَنْهُمْ رَجُلٌ نَازَعَ اللهَ عَزَّ وَجَلَّ رِدَاءَهُ فَإِنَّ
رِدَاءَهُ الْكِبْرِيَاءُ وَإِزَارَهُ الْعِزَّةُ وَرَجُلٌ شَكَّ فِي أَمْرِ اللهِ
وَالْقَنُوطُ مِنْ رَحْمَةِ اللهِ»
Ada
tiga golongan manusia yang tidak akan ditanya di hari kiamat yaitu, Manusia
yang mencabut selendang Allah. Sesungguhnya selendang Allah adalah kesombongan
dan kainnya adalah Al-Izzah (keperkasaan); Manusia yang meragukan perintah
Allah; Dan manusia yang putus harapan dari rahmat Allah. (HR.
Ahmad, Thabrani, dan Al-Bazar. Al-Haitsami berkata perawinya terpercaya.
Al-Bukhari dalam kitab Al-Adab, Ibnu Hibban dalam kitab shahihnya)
Dari
Habah dan Sawa bin Khalid, keduanya berkata; Kami masuk bertemu dengan
Rasulullah saw. sedangkan beliau sedang menyelesaikan suatu perkara. Kemudian
kami berdua membantunya, maka Rasulullah saw. bersabda:
«لاَ
تَيْئَسَا مِنْ الرِّزْقِ مَا تَهَزَّزَتْ رُءُوسُكُمَا فَإِنَّ اْلإِنْسَانَ
تَلِدُهُ أُمُّهُ أَحْمَرَ لَيْسَ عَلَيْهِ قِشْرٌ ثُمَّ يَرْزُقُهُ اللَّهُ عَزَّ
وَجَلَّ»
Janganlah
kamu berdua berputus asa dari rizqi selama kepalamu masih bisa bergerak. Karena
manusia dilahirkan ibunya dalam keadaan merah tidak mempunyai baju, kemudian
Allah memberikan rizqi kepadanya. (HR. Ahmad, Ibnu Majah, Ibnu
Hiban dalam kitab shahihnya)
Dari
Ibnu Abas, ada seorang lelaki berkata, “Ya Rasulullah saw.! apa dosa besar
itu?” Rasulullah saw. bersabda: Dosa besar itu adalah musyrik kepada Allah,
putus asa dari karunia Allah, dan putus harapan dari rahmat Allah. (Al-Haitsami
berkata telah diriwayatkan oleh Al-Bazar dan Thabrani para perawinya
terpercaya, As-Suyuti dan Al-Iraqi menghasankan hadits ini)
Para
Rasul tidak pernah putus harapan dari pertolongan Allah dan jalan keluar dari
Allah. Mereka hanya putus harapan dari keimanan kaumnya. Allah berfirman:
]حَتَّى إِذَا اسْتَيْئَسَ الرُّسُلُ
وَظَنُّوا أَنَّهُمْ قَدْ كُذِبُوا جَاءَهُمْ نَصْرُنَا فَنُجِّيَ مَنْ نَشَاءُ
وَلاَ يُرَدُّ بَأْسُنَا عَنِ الْقَوْمِ الْمُجْرِمِينَ[
Sehingga
apabila para rasul tidak mempunyai harapan lagi (tentang keimanan mereka) dan
telah meyakini bahwa mereka telah didustakan, datanglah kepada para rasul itu
pertolongan Kami, lalu diselamatkan orang-orang yang Kami kehendaki. Dan tidak
dapat ditolak siksa Kami daripada orang-orang yang berdosa. (TQS.
Yusuf [12]: 110)
Imam
Bukhari meriwayatkan bahwa ‘Aisyah membaca lafadz ‘kudzdzibu’ dengan
memakai syiddah. Maksudnya adalah pendustaan suatu kaum kepada para
Rasul, sebab para Rasul terjaga dari kesalahan.
Khatimah
Jelaslah perbedaan orang mukmin
dengan kafir yang paling utama adalah, orang mukmin masih punya harapan kepada
rahmat Allah SWT, sedangkan orang kafir tidak punya harapan itu. Allah SWT berfirman:
وَلَا
تَهِنُوا فِي ابْتِغَاءِ الْقَوْمِ إِنْ تَكُونُوا تَأْلَمُونَ فَإِنَّهُمْ
يَأْلَمُونَ كَمَا تَأْلَمُونَ وَتَرْجُونَ مِنَ اللَّهِ مَا لَا يَرْجُونَ
وَكَانَ اللَّهُ عَلِيمًا حَكِيمًا
Janganlah
kamu berhati lemah dalam mengejar mereka (musuhmu). Jika kamu menderita
kesakitan, maka sesungguhnya merekapun menderita kesakitan (pula), sebagaimana
kamu menderitanya, sedang kamu mengharap dari Allah apa yang tidak mereka
harapkan. Dan adalah Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. (QS. AN Nisa
104).
Oleh karena itu, seorang mukmin
memiliki kekuatan spiritual yang membuatnya maju terus pantang mundur dalam
menegakkan kalimat Allah! Dengan rahmat
Allah, ia akan optimis menang dalam perjuangan.
Sebesar apapun kekuatan kekufuran, baginya adalah kecil. Allahu Akbar!
0 komentar:
Posting Komentar