Detik-detik Nabi Muhammad SAW di Kandungan
Sebagaimana telah kita ketahui, bahwa Nabi Muhammad SAW tercipta
dari nur. Waktu peralihan , nur nabi diletakkan di dirinya Sayyid
Abdullah(karena yang membuahi laki-laki) yaitu diletakkan di punggungnya Sayyid
Abdullah kemudian pindah ke perut Siti Aminah. Waktu Siti Aminah mengandung Kanjeng Nabi, ada malaikat yang ditugaskan oleh Allah untuk woro-woro, mengumumkan kepada penduduk bumi dan langit sejagat raya sampai lapis ke-7, bahwa Siti Aminah mengandung Kanjeng Nabi,
Nabi Pemungkas para Nabi. Hal ini menepis tuduhan bahwa orangtua kanjeng Nabi itu orang
kafir. Secara logika pula, mustahil benihnya nabi, seorang yang suci atau orang mulia ditaruh ditubuh
orang kafir.
Diriwayatkan oleh Sahid bin Abdullah, pada awal kali
mengandung pada malam Jumat di bulan Rajab dan Nabi lahir pada Bulan Rabiul
Awal (masa mengandung 9 bulan). Di saat mengandung itu (keadaan nuffah), Malaikat Jibril
disuruh oleh Allah untuk menyuruh Malaikat Ridwan membuka seluruh pintu surga
(7 pintu), sebagai tanda penghormatan akan kelahiran Nabi Muhammad SAW. Ibarat bila
malam hari ada tamu ke rumah kita, dan lampu-lampu dirumah telah dimatikan,
maka kita pun akan menghidupkan lampu ruang tamu saja. Sedangkan
lampu-lampu diruang yang lainnya, seperti ruang tengah, rumah makan, dan
lain-lain tidak dinyalakan. Nah, jika dikaitkan dengan cerita Nabi Muhammad SAW
ini, maka ada tamu, kemudian seluruh lampu diruangan dinyalakan semua, yaitu
untuk menghormati kehadiran tamu tersebut, karena istimewanya tamu tersebut.
Oleh karena itu, dari 2 kejadian besar tersebut, adalah merupakan tanda bahwa Allah sangat mengagungkan Nabi Muhammad
SAW. Bahwa Nabi akan membawa 2 kabar
besar, yaitu bashiron wa nadhiro
(Berita bagus dan peringatan). Subhanallah, masih awal yaitu dalam kandungan, Nabi Muhammad SAW oleh Allah telah
disambut sedemikian rupa.
Setelah diumumkan oleh malaikat, langsung serentak seluruh
umat langsung sontak kegirangan dan merasa sangat senang sekali. Rasa senang orang yang seperti
mendapat surprise, tidak seperti rasa senang biasa, tapi rasa senang yang
sangat-sangat sekali, atau rasa senang yang dialami oleh orang yang mendapat
keberuntungan. Dapat pula dikiaskan seperti orang yang menantikan sesuatu hal yang sangat lama
sekali ditunggu dan akhirnya muncul.
Setelah pengumumaan itu selesai, bumi pun tiba-tiba senang dan menyambut. Pada saat itu, sebelum Nabi Muhammad SAW lahir, di negeri Arab dalam
masa paceklik dan sangat kering. Nah, ketika diberitakan bahwa Nabi Muhammad
SAW akan lahir, bumi pun senang, tiba-tiba tumbuh-tumbuhan tumbuh dengan cepat,
dan berbuah. Tak hanya itu, tapi pohon-pohon itu batangnya pendek, dan buahnya lebat sehingga
memudahkan untuk di petik. Jadi tidak hanya tumbuh, tapi tumbuhan juga bahagia,
dengan memudahkan penduduk bumi
Coba kita bayangkan, masih berita di kandungan saja, sudah heboh penduduk langit dan
bumi, mereka bergembira. Beda dengan kita. Siapa yang merayakan kelahiran kita ??
Oleh karena itu, Nabi dengan kita berbeda, beda sekali, dari lahir saja sudah
beda. Ibarat batu, sama-sama batu, tapi beda nilai. Kita seperti kerikil, beliau seperti mutiara. Batu
mutiara kalau di jual harganya mahal, sedangkan kita bila
dijual ? gak akan laku, berserakan di jalan.
Adapun hewan-hewan seperti kambing, unta, dan sapi juga ikut senang, bahasa kita “mulutan (merayakan maulid nabi)”,
terus mengucapkan pujian dengan bahasa Arab yang fasih. Maka, kalau orang tidak mau mulutan, dan mengejek
orang yang bermulutan, maka masih lebih baik wedus (kambing). Setidaknya, nenek moyang
wedus, unta, sapi pernah maulutan. Jadi
kita kalah dengan mereka. Semakin kita kaji, dan mendalami, kita jadi mengerti
sebenarnya maulid itu apa.. bukan hanya sekedar perayaan.
Suatu hari, Siti Aminah bermimpi, ada
suara yang berkata, yaitu nanti kalau bayinya lahir, disuruh memakaikan kalung
berisi jimat (tulisan arab), dan ketika bangun, jimat sudah ada di sebelah Siti
Aminah. Adapun tulisan arab tersebut terdapat dalam kitab Barzanji ini.
Ternyata, Jimat ini telah dibudayakan
oleh orang-orang Jawa. Biasanya, anak bayi di kalungi kain putih berbentuk kotak, orang-orang
Jawa percaya, hal itu dilakukan agar anak bayi tidak sawanan. Nah, ternyata,
kalung tersebut berisi tulisan Arab yang sama dengan yang ada pada kitab
Barzanji. Dari sini, dapat kita simpulkan bahwa orang Jawa dulu, mbah-mbah
dulu, tidak ngawur dalam melakukan suatu budaya. Ada ajarannya, ada dasarannya. Jadi jangan ragu melakukan apa-apa
kata-kata orang tua kita karena pasti ada dasarnya, kita saja yang belum tahu. Nah
bagaimana kita bisa tahu ? Yaitu dengan mengkaji lebih mendalam lagi. Maka, proses
kita mencari ilmu tidak boleh putus. Mengapa kita harus mengkaji ? Agar kita
tahu.. sehingga muncullah sikap tasamuh atau toleransi. Tidak mudah menyalahkan
orang, bahkan mengkafirkan orang.
Wallahu A’lam Bishowab
Ta’lim : 29 April 2016
Ditulis ulang tanggal : 13 Januari
2017
0 komentar:
Posting Komentar