Masa Pengasuhan Nabi Muhammad SAW


  

Setelah melahirkan Rasulullah, Aminah menyuruh seseorang untuk memberi kabar kepada seorang budaknya kepada kakek Rasulullah SAW yang sedang beribadah di Ka’bah. Budak tersebut segera melakukannya. Mendengar kabar dari budak, betapa senang dan bahgianya Abdul Mutolib, dia pun bergegas pulang ke rumah untuk melihat kondisi anaknya. Sedangkan budak itu pun lalu pergi ke rumah Abu Jahal, paman Rasulullah, untuk mengabarkan pula kelahiran Rasulullah. Seperti juga ayahnya, Abu Jahal pun senang dan bahagia atas kelahiran keponakannya, lantas ia memerdekakan budak tersebut, sebagai bentuk rasa syukurnya. Sesampainya di rumah, kakek Rasulullah SAW langsung memberinya nama Muhammad. Lalu, beliau menggendong bayi Rasulullah SAW untuk dibawa ke Ka’bah. Dengan membawa bayi Rasuullah SAW, beliau berdoa di dalam Ka’bah kepada Allah SWT.  Setelah berdoa, Kakek Rasulullah pun kembali pulang. Rasulullah SAW kemudian disusui oleh budak Aminah yang bernama Tsuwaibah.
Adapun keadaan alam, mahluk ciptaan Allah SWT yang lainnya, sangat bersuka cita. Hewan-hewan dan tumbuhan-tumbuhan saling berebut untuk mengasuh Rasulullah SAW. Baik hewan yang ada di darat, di laut, di udara, maupun yang melata, yang ada dalam tanah, dan  laut, saling berebut.  Begitu pula dengan tumbuhan-tumbuhan yang ada diatas tanah, di dalam tanah, maupun yang ada di laut, saling ramai ingin mengasuh bayi Rasulullah SAW. Hewan dan tumbuhan ini tahu kemuliaan Rasululah, maka mereka berebut untuk mengasuh mahluk Allah yang paling mulia. Sampai akhirnya, malaikat turun, dan membacakan pengumuman, “Hei, kamu sekalian, dengarkanlah, bahwa bayi Muhammad SAW ini akan diasuh oleh Halimatus Sa’diyah. Seorang perempuan yang mendapatkan kemuliaan karena kesabarannya”.
Nabi Muhammad SAW ditakdirkan menjadi anak yatim, bahkan ketika dia lahir di dunia, karena Allah sendiri yang ingin membentuk kepribadiannya dan memberikan pendidikan langsung kepadanya.  Maka, langkah awal pengasuhan Rasulullah SAW adalah diasuh oleh seorang perempuan desa, yang masih terjaga tata karma dan sopan santunnya. Pada saat itu, Kota Mekkah merupakan sebuah kota besar, bisa diibaratkan seperti kota metropolitan, yang tata karma dan sopan santunnya sudah mulai meluntur, dan pada saat itu masyarakat juga masih Jahiliyah. Allah mulai mendidik dan mengawal setiap gerak dan ucapan Nabi Muhammad SAW sejak bayi. Apabila Nabi Muhammad SAW melakukan suatu kesalahan, maka Allah SWT akan langsung menegur beliau, agar beliau tahu bahwa itu bukanah hal yang benar, dan agar beliau tidak mengulanginya lagi. Allah menciptakan Nabi Muhammad SAW, dengan beliau masih memiliki sifat manusia, yaitu berbuat salah. Namun, bedanya, Rasulullah SAW sangat jarang sekali melakukan kesalahan, dan apabila beliau melakukan kesalahan, langsung ditegur oleh Allah SWT. Inilah bedanya kita, manusia biasa dengan Rasulullah SAW. Sedangkan Allah masih menciptakan Rasulullah SAW dengan adanya sifat dasar manusia, karena memang Allah SWY menciptakan mahluk paling mulia berjenis manusia. Maka dengan pendidikan dan pengawalan langsung dari Allah inilah, akhirnya Rasulullah SAW menjadi insanul kamil, yaitu manusia yang sempurna.  Insanul Kamil ini merupakan hal yang tidak bisa dihilangkan dalam diri Rasulullah SAW.
Pada saat Rasulullah SAW lahir, ada 41 bayi yang beriringan lahir dengan kelahiran Rasulullah SAW. Lalu, 41 bayi itu diletakkan disekitar Ka’bah, karena sudah merupakan tradisi Kaum Quraisy agar anaknya disusukan oleh ibu susuan, dan diasuh di daerah pedesaan, agar anaknya mandiri dan jauh dari pengaruh buruk perkotaan.  Pada saat itu, kain yang membungkus tubuh mungil Rasulullah SAW kainnya lusuh, dan tidak wangi, karena pada saat itu Aminah telah ditinggal oleh suaminya, sehingga tidak ada cukup uang untuk membeli kain yang bagus bagi anaknya. Berita bahwa ada seorang bayi yatim, telah tersebar di seantereo para ibu-ibu desa yang pergi ke Ka’bah untuk menjadi ibu susuan. Mereka pun bergegas untuk segera sampai di Ka’bah, agar dapat mengambil bayi anak orang kaya, sehingga uapah yang akan diterima tentu banyak.
Adapun Halimatus Sa’diyah, adalah seorang perempuan miskin Bani Sa’ad, dia bersama dengan suaminya pergi ke Ka’bah dengan mengendarai seekor onta tua,  kurus, dan sakit, yang berjalan sangat pelan. Sehingga, ketika sampai di Ka’bah, hanya tertinggal satu bayi, yaitu bayi Rasulullah SAW. Pada saat itu, dia ragu, apakah mengambil bayi Rasulullah SAW atau tidak. Mau dibawa dia anak yatim, nanti upahnya sedikit, mau tidak dibawa, dia sudah datang jauh-jauh dari desa, rugi nanti perjalanannya. Akhirnya, Halimah pun memutuskan untuk membawa bayi Rasulullah SAW, karena rasa iba. Semua penduduk desa telah pulang dan membawa bayi masing-masing. “Siapa nanti yang akan membawa bayi ini”, pikirnya. Lalu dia pun mendekat ke arah bayi Rasulullah SAW, dan menggendong di pangkuannya sambil melihat wajah si bayi. Seketika, Rasulullah SAW pun tersenyum dan Halimah langsung terpesona dengan senyuman itu. Hatinya menjadi riang gembira, tak ada perasaan ragu sedikitpun. “Aduhai, tampan sekali bayi ini, beruntung sekali aku bisa mengasuhnya”, ujarnya kemudian. Lalu dia memohon izin kepada Aminah agar diperbolehkan mengasuh bayi Rasulullah SAW. Aminah pun mengizinkannya, setelah mengetahui bahwa Halimah masih meyakini Allah SWT, dan mendengarkan permohonan tulus dari Halimah.
Dengan perasaan suka cita, Halimah pun berjalan ke arah ontanya, dan duduk di belakang suaminya. Langsung seketika itu juga, onta Halimah yang tadinya berjalan sangat pelan, karena kurus, tua, dan sakit, tiba-tiba meringkik seperti kuda yang akan berlari kencang. Lalu, onta itu pun berlari sekencang-kencangnya, sampai larinya mendahului onta penduduk-penduduk desa yang telah pulang lebih dulu.
Halimah dan suaminya tak bisa mengucapkan sepatah katapun selain mengagungkan Allah, Tuhan Yang Maha Esa. Dia dan suaminya masih mengikuti agama yang masih berlaku saat itu, yaitu agama Ibrani. Agama yang dibawa oleh Nabi Ibrahim As untuk menyembah Allah SWT. Begitulah Allah, memilih orang sholeh, seseorang yang beriman kepada Allah untuk menyusui Rasulullah SAW.
Semenjak mengasuh Rasulullah SAW, kehidupan Halimah beserta keluarganya berubah menjadi sangat makmur dan berkecukupan. Kambing dan onta peliharaannya, yang semula sakit dan tidak mengeluarkan susu, tiba-tiba rutin mengeluarkan susu dengan deras. Begitulah, bentuk hewan yang gembira dan hormat, serta menyambut kehadiran Rasulullah. Tiba-tiba reproduksinya meningkat dan menjadikan keberkahan bagi keluarga Halimah. Selama 2 tahun Rasulullah SAW tinggal bersama Halimah, dan 2 anaknya. Selama itu, Rasulullah SAW selalu menyusu dengan punting sebelah kanan. Bila Halimah memberikan putting kirinya, Rasulullah SAW selalu tidak mau, dan juga tidak mengeluarkan susu, sedangkan bila anaknya yang menyusu punting sebelah kiri itu mengeluarkan air susu. Maka, jadilah Rasulullah selalu menyusu dari punting susu sebelah kanan, sedangka anak Halimah selalu menyusu lewat punting sebelah kiri. Rasulullah SAW, meski masih bayi, beliau memilih baginya hal terbaik dari yang baik, yaitu kanan lebih baik dari kiri.
Dalam suatu kitab, dijelaskan perkembangan fisik Rasulullah SAW yang sangat menakjubkan. Hal ini terjadi karena  pertolongan Allah, dan Kekuasaan Allah   terhadap mahluk paling mulia. Dalam sehari beliau tumbuh layaknya anak seusia satu bulan. Beliau sudah mampu berdiri sendiri saat usia tiga bulan. Pada usia lima bulan sudah mampu berjalan. Saat mencapai Sembilan bulan, beliau sudah mampu mengucapkan kata-kata dengan jelas.
Setelah 2 tahun berlalu, Halimah merasa berat hati untuk mengembalikan Rasulullah SAW kepada ibunya. Ia merasa sangat sayang sekali kepada Rasulullah SAW. Lalu ia pun meminta izin kepada Ibu Rasulullah SAW, agar diperbolehkan mengasuhnya lebih lama lagi. Mendengar permohonan yang sangat tulus dari Halimah, Aminah pun mengizinkan permohonannya. Maka, pulanglah Halimah dengan perasaan bahagia.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read Comments

0 komentar:

Posting Komentar