Nama-Nama Rasulullah SAW
Dalam
kitab “At-Tahdzib”, dikemukakan bahwa, Allah ‘Azza Wa Jalla memberi nama Nabi Muhammad dalam
Al-Qur’an, dengan nama Rasul, Nabi, Ummi (orang yang buta huruf), Syahid (saksi),
Pemberi kabar gembira (Mubasyir),
Pemberi Peringatan (Nadzir), Penyeru kepada Allah dengan izin-Nya (Da’i),
pelita yang menerangi (Sirajan Muniran), pemurah dan pengasih (Raufun
Rahiimun), orang yang mengingatkan (Mudzakkiran), dan Allah menjadikannya
sebagai rahmat dan kenikmatan serta petunjuk.
Dari
Ibnu ‘Abbas ra., ia berkata, “Rasulullah SAW bersabda, “Namaku didalam Al-Qur’an adalah Muhammad. Di dalam Injil adalah Ahmad.
Di dalam Taurat adalah Uhid. Aku dinamakan Uhid karena aku menyelamatkan umatku
dari siksa api neraka”.Pada
kitab Wasailul Rasul ila Syamail Rasul, bahwa
Ka’ab Al-Ahbar telah berkata, “Nama Rasuullah menurut penghuni surga
adalah Abdul Karim. Menurut penghuni neraka Abdul Jabbar, menurut penguin
‘Arsy, Abdul Hamid. Menurut para Malaikat, Abdul MAjid. Menurut para Nabi,
Abdul Waha. Menurut setan Abdul Qahhar. Menurut para jin, Abdurrahim menurut
gunung-gunung, Abdul Khaliq. Menurut daratan, Abdul Qadir. Menurut lautan,Abdul
Muhaimi. Menurut ikan-ikn, Abdul Qudus. Menurut serangga, Abdul Giyas. Menurut
binatang liar, Abdurrazaq. Menurut binatang buas, Abdul Mukmin, Menurut
burung-burung, Abdul Ghaffar. Dalam Taurat, Mudzu’ Mudzu’. Dalam ZaburFaaruq.
Dan menurut Allah sendiri adalah Thaha
dan Yasin. Sedangkan menurut orang-orang mukmin, Muhammad SAW. Adapun sebutan
beliau adalah Abul Qasi, karena beliau membagi-bagi surga diantara
umatnya.”
Jalaluddin
As-Suyuthi (penutup para hafidz), telah mengarang kitab bernama ”Bahjah
fil-Asma An-Nabawiyah”, menghimpun lima ratus Nama Rasulullah SAW. Sedangkan Imam Al-Juzuli dalam kitabnya
Dalailul Khoirot menyebutkan jumlahnya dua ratus satu. Adapun nama Ahmad,
Al-Banjuri telah membahasnya dalam “Hasyiah”. Adapun bentuk kalimatnya adalah
Isim Tafdhil artinya lebih banyak memuji. Dinamakan demikian, karena beliau
adalah yang paling banyak memuji Allah SWT di antara semua yang memujinya.
Dari
semua nama itu yang terbaik dan paling utama adalah Muhammad. Al-Qusthalani
berkata, Allah telah menamai Rasulullah dengan Muhammad dua ribu tahun sebelum
penciptaannya. Hal ini sebagaimana dalam hadits Anas, r.a.
Ibnu
‘Asakir telah meriwayatkan dari Ka’ab bin Alahbar, bahwa Adam berwasiat kepada
anaknya Syits, “Hai anakku, engkau adalah
khalifah sesudahku. Pikullah tanggung jawab ini dengan penuh ketakwaan dan
berpegang teguhlah pada jalan yang lurus”. Setiap engkau menyebut nama Allah
ingatlah disampingnya ada nama Muhammad SAW. Karena aku melihat namanya
tertulis pada tiang-tiang penopang Arsy. Kemudian aku mengawasi seisi langit,
tidak aku temukan suatu tempat atau benda melainkan namanya tertulis disana.
Kemudian Allah menempatkanku di surga, maka tidak aku lihat satu istana atau
bangunan pun melainkan disana terdapat namanya. Dan aku melihat nama Muhammad
SAW tertulis di bagian atas dada para bidadari, di atas daun-daun pohon surga,
di atas daun-daun pohon Thuba, di atas daun-daun Sidratul Muntaha, di atas
Hujub (pembatas yang tidak bias dilihat semua mahluk apa yang dibelakangnya),
dan diantara kedua mata malaikat. Maka, perbanyaklah menyebut namanya, karena
para malaikat menyebut namanya dalam setiap waktu”.
Hasan
bin Tsabit ra., menggambarkan keagungan Rasulullah SAW dengan syair berikut :
Ditetapkan tanda
kenabian baginya
dari Allah dari cahaya yang
memancar serta disaksikan
namanya digabungkan
dengan nama-Nya
jika disebutkan dalam
shalat lima kali oleh tukang adzan
ia muliakan namanya
dengan pecahan nama-Nya
pemilik ‘Arsy adalah
Mahmud (terpuji) dan dia Muhammad (yang terpuji)
Di
dalam “Ash-Shahih” dikatakan bahwa pada hari kiamat diberikan kepada Rasulullah
SAW pujian (kemuliaan) yang belum pernah diberikan kepada seorang pun selain
dirinya. Diberikan pula baginya panji kemuliaan dan dikhususkan dirinya dengan
kemuliaan itu. Dalam arti lain, ia adalah orang yang paling banyak memujidan
memuliakan Allah dan paling banyak dipuji dan di muliakan oleh manusia.
Karena
dasar itulah ia dinamai Ahmad atau Muhammad. Kedua nama ini memiliki banyak
kelebihan dibanding nama-nama lainnya. Maka kita layak memanggil beliau dengan
kedua nama ini. Beliau bersabda dalam sebuah hadis Qudsi,
“Aku bersumpah pada
diriku, tidak akan dimasukkan ke dalam neraka orang yang memiliki nama Ahmad,
tidak pula Muhammad”.
Tidakkah di hidangkan suatu
makanan, kemudian datang kepada kami orang yang bernama Muhammad atau Ahmad,
melainkan Allah mensucikan rumah itu dua kali dalam sehari”.
Pada
buku Sejengkal lebih dekat dengan Sang Pemberi Syafaat karya Habib Muhammad
Anies Bin Shahab, beliau mengatakan bahwa,
Sungguh,
Allah SWT telah memuliakan Rasulullah SAW dengan adanya jaminan dari nama
beliau. Maka, sangatlah layak bagi seorang muslim untuk memiliki dan memberi
nama puteranya dengan nama-nama
Rasulullah SAW, khususnya nama Muhammad dan Ahmad.
Dalam
salah satu sabda beliau, dari Abu Darda’ ra berkata, Nabi Muhammad SAW bersabda
:
“Sesungguhnya kalian kelak akan
dipanggil di hari kiamat denga nama-nama kalian dn nama-nama ayah kalian, maka
perindahlah nama kalian” (HR. Ahmad)
Seseorang
yang memberi nama putranya dengan nama Ahmad atau Muhammad, maka akan
mendapatkan kemuliaan yang besar. Selain mendapatkan pahala sunnah, InsyaAllah,
akan terjaga dari maksiat, dan jika terjerumus dalam satu bentuk kemaksiatan,
maka InsyaAllah akan mendapatkan hidayah dari Allah SWT untuk bertaubat,
sehingga kelak akan selamat dari siksa api neraka.
Adapun
jika seorang muslim telah memiliki nama selain Ahmad dan Muhammad, dirinya
dapat mengganti sendiri, tanpa merubah status kewarganegaraan. Cukup berniat
mengganti nama, dan lebih baik dilengkapi dengan bersedekah ke faqir miskin
semampunya sebagai rasa syukur. InsyaAllah, hal ini akan bermanfaat di dunia,
terlebih di akhirat.
Betapa
mulianya Rasulullah SAW, yang dengan namanya saja seseorang mendapatkan
anugerah yang sangat besar dan mulia. Inilah rahmat dari Allah SWT yang
dicurahkan kepada kekasih-Nya, yaitu Rasulullah SAW, dan kasih sayang itu pun
ikut tercurahkan kepada para hamba-hamba-nya yang menjadi umat insan paling
mulia ini. Betapa mulianya kita menjadi manusia yang ditakdirkan menjadi
umatnya. Sangat disayangkan, bila seseorang tidak mengetahui hal ini, karena
meski nama adalah do’a, namun ada satu hal yang tak boleh terlupa, yaitu
menamakan anak laki-laki kita dengan nama Ahmad atau Muhammad. .
0 komentar:
Posting Komentar