Resume Career Class Tematik Rumah Tangga vol. 1 with Mbak Triya


Bismillairohmanirrohim.. Alhamdulillah.. jumpa lagi dengan saya dala resume Career Class kembali. Yeyyyy 

MasyaAllah sekali ya.. karena tiket untuk join kelas ini, sangat-sangat limited edition. Bayangin aja, 500 tiket ludes dalam waktu kurang dari 20 menit.  MasyaAllah banget kaan..

Alhamdullillah kali ini aku akan nulisin resume nya, but maafpula kalau kurang pemaparannya, cs mba tria selaku pemateri sangat2  begitu semangat sekali, sampe kita seakan-akan ga kedip dan fokus terus dengerin, hihi. Di chat saja ada beberapa peserta yang minta dipelankan, namun kecepatan tetap. Artinya, emang beliau kalau ngomong gitu. Kitanya yang harus bener-bener nyimak deh pokokna. 

Materi Career Class kali ini juga begitu fantastis, about rumah tangga cuy.. wkwkwk… always dan always menark tuk dibahas kan, dari subuh dampe subuh, kmbali subuh lagi, ga akan bosen. Dengan judul “Meniti Visi Dalam Keluarga” resume ini saya hadirkan untuk anda, dan juga pengingat bagi saya tentunya :D

Dalam dunia sekarang yang perkembangannya sangat-sangat cepat, maka kita  perlu banget punya sebuat preferensi ya. Tips pertama, ikutlah sesuatu karna itu memang kebutuhan kita. Pilih2 pula akun atau berita yang kita baca.

Mbak Tria adalah seorang istri, dan juga ibu, mahasiswa s2, dan penggerak sosal. 

Kenapa kita harus meniti visi keluarga ? 
(Tidak dibatasi agama/ aliran, universitas, knowledge, hal-hal mendasar dalam pernikahan dan kemungkinan bisa diterapkan di semua pasangan)
1. Menikah adalah ibadah terpanjang, maka butuh persiapan dan upgreade ilmu jika sudah berjalan)
2. Menikah itu visinya baik, tapi kadang misinya berseberangan (beda pandangan) antar kita dan pasangan. (mulai lah cari persamaannya)
3. Setelah menikah, realita tak sesuai ekspektasi, maka butuh kelapangan hati, (kalo ada something  yang ngecewain kita, ingat lagi, visi misinya dulu apa sama dia) 
4. Visi misi nantinya akan menjadi activity yang tentu akan diuji. (24 jam kita selalu sama pasangan, bohong  jika gak ada ujiannya. Tapi yakini, bisa jadi dengan ujian itu, kita bisa lebih bahagia. Dan memang, ujian itu akan selalu ada )
5. Visi misi ini butuh materi, konsekwensi, dan sistemasi , aku mau berbagi referensi.
Beliau nerangin teori, peran dan status buat membedah tema ini. Dan yang aku tangkap, diantaranya, ketika kita akan berumah tangga, :
1. Sudahkah kita bisa berperan sebagai suami atau istri ?
2. Sudah bisakah memutuskan dan mau menanggung konsekwensi dan keputusan yang diambil dengan peran dan status sebagai istri ?
3. Sudahkan tau siapa diri kita dan apa yang  akan kita capai ? 

Menikah itu sebuah keputusan, untuk apa kamu menikah ?, maka kembalikanlah ke visi misi hidup kita. So, pastikan mulai sekarang kita punya visi dan misi dalam hidup ya ;)
Klo kita lihat orang-orang yang udah nikah, selalu aja posting kebahagiaan-kebahagiaannya aja ya.. ya namanya juga Dunia maya. Banyak orang ingin  selau terlihat baik, (dan ini juga sebagai bentuk mengingat2 kebaikan2 suami juga sih, katanya, wkkwk).  

Tips ke-2, ketika belum bertemu dengan jodohnya, berdoalah yang lengkap. Jangan hanya minta pasangan yang baik, tapi minta juga keluarga yang  baik. Berdoa agar dikarunia jodoh yang mendukung mu, visi misi mu, mimpi-mimpi mu  ;)

Karena itu, hal utama, hal nomer 1 yang perlu diketahui adalah, kita harus tau siapa diri kita, inilah proses pengenalan diri itu,  ketika kita tau kita ingin memilih apa, dan mau menanggung konsekwensinya 
Gimana cara kamu memantaskan diri menjadi suami atau istri 

Jodoh, pasangan, kecocok.an, itu semua rezeki. Rezeki itu butuh dijemput, butuh dicari, dan butuh AKTIF memantaskan diri. 

Visi, mau menikah dengan orang seperti apa ? dan gimana cara menemukannya ? harus dipikirin ya .. kalo udah tau diri ini seperti apa, maka kita buat tuh kriteria, mau nya orang seperti apa. gak harus dia sesuai 100% dengan keinginan kita. Maka, mulai kan dari persamaannya dulu. Contoh, mba tria orang yang social antusias , punya cita-cita dosen jadi minimal harus s2, suka keluar, traveling, mandiri. Nah, ketika ada orang yang “ngode”, tertarik dengan kita, langsung aja kita “tembak”, dalam arti, apakah dia sevisi dengan saya, apakah dia ada di kriteria saya, nah,, “aku bisa “nembak” gini, karena aku sudah siap dengan  konsekwensi peran.  Aku udah tau, kalau aku nikah, pagi, suami ku akan berangakat kerja, berarti aku harus menyiapkan sarapan.  Bukan lanjutin tidur”, kata mbak tria.

Mulai dari persamaan ya,, 

Jadi misal, mbak tria suka bisnis, suaminya suka karir, maka gak cocok jadi keluarga karir. Mbak tria suka social, suaminya suka social, jadi deh keluarga social. 
Dalam pernikahan, harus jelas pembagian tugasnya. Tapi, kao tugas lahiriyah, ya harus dikerjain sendiri. Misal, menyusui. Mba Tria bawa anaknya kuliah, agar bisa tetap menyusui, dan ini adalah konsekwensi yang diambil, sehingga kita gak mudah nyalahin orang,
Menikah itu bukan sekedar  perkara emosional, tapi rasional. Bukan sekedar harapan, tapi perjuangan. Hidup berumah tangga sangat jauh berbeda dengan kehidupan saat sendiri. Jadi jangan memandan pernikahan dari kacamata kita, karena ada factor x, y, z.

Hakikat Pernikahan
Menikah bukan sekedar keinginan 2 insan yang menghubungkan dua hati dan dua keluarga melainkan menghubungkan dua kebaikan yang harus bermuara pada kebaikan dengan manfaat yang jauh lebih besar. Dengan punya visi misi, kita menjadi punya activity

Cara bangun Visi Misi

Menikah itu bukan hanya ngomongin cinta tapi tanggungjawab dan konsekwensi
1. Clearkan masa lalu (komunikasikan,   “..kita gak jadikan ini masalah ya..”)
2. Melihat karakternya, (cara terampuh melihatnya adalah dari komunikasi lisan, dan cek di orang terdekatnya)
3. Membuat family mapping. Mengetahui masing-masing keadaan keluarga dari kedua belah pihak, sehingga tau skala priortas dari activity yang akan dilakukan.
4. Re-dreams mapping, mengevaluasi 

Temukan caramu sendiri dalam meniit visi keluarganya, bisa dengan :
1. SWOT
2. Diskusi
3. Debat (kuat2an referensi)
4. Rancang kurikulum 

“jangan mau diajak hidup susah, tapi jawablah oke jika diajak berjuang bersama”

Membangun keluarga 
1. Cari kesamaan (pilih ranah kontribusi mana yang mau diambil / visi besar )
2. Komunikasi (menjadi kunci)
3. Prinsip kesetaraan (setiap orang punya kesempatan yang sama  asala jangan lupa dengan peran utama)
4. Jangan berekspektasi (jangan memberikan standar kepada pasangan)

“cara menjaga semangat paling mudah adalah mengingat kembali alas an kenapa dulu kita mengambil pilihan ini”

“menikah itu ibadah panjang , makanya pasti ada ujian. Jadi diulang-ulang terus visi misi pernikahan kita dengan pasangan”.

Setiap akhir tahun, selalu membuat live map planning. Membuat kegiatan, setiap tahun, bikin target harus dicapai berapa digit.. target memang harus kuantitatif dan jelas. Bikin sejelas mungkin. 


Sesi pertanyaan 
Manage time: libatkan semua orang untuk meraih mimpi. Jadikan mereka super tim. Termasuk prodi jurusan.. 

Cari win win solution 

Dalam pengenalan, sampaikan plus dan minus kita, bukan pencapaian2 kita. Karena kalo ga gitu orang akan minder.  “aku mau bangun komunikasi dengan begini.. aku mau nguatin di arah sini..”

Dalan suatu ujian, jangan ngeluh, kalo dengan pilihan itu kita capek. Mencari titik tengah. Dan gak gak ketemu berarti satu-satunya cara adalah ibadah.

Tahap menikah,  start dengan pertanyaan simple, mau dibawa kemana.. goalnya seperti apa.. 5 tahun ke depan rencananya gimana.

 Sampai kapan proses pengenalan diri 
Pengenalan diri itu akan selalu kita lakukan sampai mati. Kita disebut sudah mengenal diri, kalo kita sudah selesai dengan diri sendiri. Kita sudah mandiri. Kita tahu konsekwensi dan kita komitmen dengan diri sendiri. Ketika kita sudah punya ilihan dan komitmen. 
Perubahan adalah kepastian, dan cara menghadapinya engna adaptasi, dan orang yang bisa hidup adalah orang yang bisa adaptasi. Ujian akan selalu ada, dan kita jawab denngan iman. Ujian gak akan selesai sampai mati. Manusia sebagai mahluk dinamis. Maka dia harus mengenali dirinya lagi dan persiapan lagi.

Karena itu, tentukan goal-goal tertentu, karena ini akan sangat membantu kita.
Jujur dengan diri kita sendiri

Orang yang  Cuma bilang iya, iya aja, gimana caralihatnya : diuji dengan aktivitas, dan cek dengan orang-orang sekitar, konsekwen apa enggak. Dan kesepakatan memang harus diuji dengan perbuatan
 Kalo orang berubah -> harus dikomunikasikan
Orang baik tetap diuji, dan akan diuji dengan sesuatu yang kita cintai. Jadi, setiap orang sebaik apapun, tetap aja ada yang gak suka, adalah ujian. Suami memang kadang menjadi sumber ujian, tapi ingat-ingat lagi, saat kita dlu menerimanya. 


“jangan baper kalo mau jadi orang yang berarti”

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read Comments

0 komentar:

Posting Komentar